Minggu, 26 Februari 2017

KONSEP DASAR BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


A.    Hakikat Bahasa
1.      Pengertian Bahasa
Manusia adalah makhluk sosial, sehingga manusia perlu berinteraksi dengan manusia yang lainnya. Saat manusia membutuhkan aksistensinya diakui, maka interaksi itu semakin penting. Kegiatan berinteraksi ini membutuhkan alat,sarana atau media yaitu bahasa.
Menurut Kridalaksana Bahasa adalah suatu sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer(mana suka) yang digunakan oleh kelompok masyarakat secara konvensional, untuk berkomunikasi, bekerja sama dan mengekspresikan diri.
2.      Ciri Bahasa Manusia
Dari pengertian bahasa tersebut menurut Kridalaksana dapat diketahui ciri bahasa, yaitu :
1.      Bahasa adalah suatu sistem
Sistem diartikan sebagai susunan teratur berpola yang membentik suatu keseluruhan yang bermakna dan berfungsi.
2.      Bahasa sebagai lambang
Suatu yang mewakili ide, pikiran, perasaan, benda dan tindakan secara langsung dan alamiah.
3.      Bahasa adalah bunyi
Bunyi bahasa adalah satuan bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.
4.      Bahasa itu bermakna
Lambang bahasa selalu memiliki makna, karena fungsi bahasa adalah menyampaikan pesa, konsep, ide atau pikiran.
5.      Bahasa itu arbitrer
Dapat diartikan sewenang-wenang, berubah-ubah, tidak tetap, mana suka, tidak adanya hubungan wajib antara lambang bahasa dengan konsep atau pengertian yang dimaksud oleh lambang tersebut.
6.      Bahasa itu konvensional
Artinya semua anggota masyarakat bahasa itu mematuhi konvensi bahwa lambang tertentu itu digunakan untuk mewakili konsep yang diwakilinya.
7.      Bahasa itu bersifat unik
Setiap bahasa memiliki ciri khas sendiri dan tidak dimiliki bahasa lainnya.
8.      Bahasa itu bersifat universal
Maksudnya ada ciri-ciri yang sama yang dimiliki olehsetiap bahasa yang ada di dunia ini.
9.      Bahasa itu bersifat produktif
Meskipun unsur-unsur bahasa terbatas ,tetapi dengan unsur-unsur yang terbatas itu dapat dibuat satuan-satuan bahasa yang jumlahnya tidak terbatas.
10.  Bahasa itu bervariasi
Bahasa digunakan sekelompok orang yang termasuk dalam suatu masyarakat bahasa.
11.  Bahasa itu bersifat dinamis
Bahasa itu tidak tetap, tidak statis,selalu berubah mengikuti perkembangan dan perubahan kehidupan masyarakat bahasa.
12.  Bahasa sebagai alat interaksi sosial
Dalam hidup bermasyarakat mau tidak mau harus melakukan interaksi sosial.bahasa merupakan alat untuk ineraksi sosial.
13.  Bahasa itu merupakan indentitas penuturnya
Orang yang berasal dari jawa dan batak memeliki logat dan dielek yang berbeda.bahasa juga dapat menentukan status sosialnya.
Bahasa yang digunakan manusia sebagai alat komunikasi mencakup dua hal ,yakni isyarat bermakna dan bunyi. Bahasa manusia meiliki tujuh ciri, yaitu :
1.      Bahasa manusia memiliki sistem terpisah ,tetapi saling terkait,baik pada tata bunyi,tata bahasamaupun isyarat.
2.      Bahasa manusia memungkinkan hal-hal baru.
3.      Manusia membedakan antara isi pesan yang dikomunikasikan dengan label (lambang) yang mewakili isi pesan isi pesan yang dikomunikasikan dalam bahasa manusia dapat berwujud lisan dan tulisan.
4.      Dalam komunikasi manusia , bahasa lisan dapat dipertukarkan dengan makna yang didengar.
5.      Bahasa bukan diturunkan melainkan dipalajari.
6.      Sesuatu yang diutarakan dapat merujuk ke masa lampau dan masa yang akan datang.
7.      Bahasa manusia dipelajari anak-anak dari orang dewasa dari generasi ke generasi.

B.     Sejarah pertumbuhan Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia yang kini digunakan sebagai bahasa Nasional bangsa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Bahasa itu tumbuh dan berkembang sejak sebelum di angkat sebagai bahasa persatuan pada sumpah pemuda, 28 Oktober 1928 hingga dalam keadaan sekarang ini.
Alasan mengapa bahasa melayu diangkat sebagai bahasa Nasional,bukan bahasa Jawa atau Sunda yang jumlah penuturnya lebih banyak adalah :
1.      Mudah dipahami karena bahasa Jawa banyak tingkat tuturnya.
2.      Jika bahasa Jawa atau Sunda yang digunakan ,suku bangsa lain meras terjajah.
3.      Bahasa Melayu digunakan dalam perdagangan/perhubungan(lingua franca)
4.      Bahasa melayu lebih demokratis (tidak membedakan status)

Perkembangan bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia :
1.      Bahasa Melayu sudah ada sejak masa kerajaan Sriwijaya abad ke-7 (masa prakolonial)
2.      Bahasa melayu digunakan dalam perdagangan (masa kolonial) pada abad ke-16
3.      Bahasa Melayu ditetapkan sebagai bahasa Indonesia pada Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928 (masa pergerakan)
4.      Kongres Bahasa I tahun 1938 di Solo
5.      Bahasa Indonesia digunakan ketika masa penjajahan Jepang (1942)
6.      Bahasa Indonesia diresmikan sebagai bahasa Negara (17 Agustus 1945)
C.    Fungsi Bahasa
Secara umum fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi, Bahasa sebagai alat komunikasi memiliki fungsi sebagai berikut :
1.      Fungsi informasi, yaitu untuk menyampaikan informasi timbal balik antar anggota keluarga atau anggota-anggota masyarakat.
2.      Fungsi ekspresi diri, yaitu untuk menyalurkan peraasaan, sikap, gagaasan, emosi atau tekanan-tekanan pembaca.
3.      Fungsi adaptasi dan intergrasi, yaitu untuk menyesuaikan dan membaurkan diri dengan anggota masyarakat,melalui bahasa seorang anggota masyarakat sedikitt demi sedikit belajar adat istiadat , kebudayaan, pola hidup, perilaku dan etika masyarakatnya.
4.      Fungsi kontrol sosial, yaitu Bahasa berfungsi untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain.
D.    Pemerolehan Bahasa Anak
1.      Pengertian Pemerolehan Bahasa
Pemerolehan bahasa anak melibatkan dua ketrampilan,yaitu kemampuan untuk menghasilkan tuturan secara spontan dan kemampuan memahami tuturan orang lain. Jika dikaitkan dengan hal itu maka yang dimaksud pemerolehan bahasa adalah proses pemilikan kemampuan berbahasa, baik berupa pemahaman ataupun pengungkapan secara alami tanpa melaluikegiatan pembelajaran formal.
2.      Strategi Pemerolehan Bahassa Anak
Taringan dkk. (1998) menjelaskan bahasa anak memperoleh kamampuan berbahasa dengan cara meniru, mengalami langsung, mengingat, bermain, dan penyederhanaan.
3.      Perkembangan Bahasa Anak
Perkembangan bahasa anak berjalan seiring dengan perkembangan fisik, mental, intelektual, dan sosialnya. Tahapan perkembangan bahasa anak dapat dibagi menjadi :
a)      Tahap Pralinguistik ( 0-12 bulan )
Pada tahap ini bunyi yang dihasilkan anak belumlah berarti,misalnya “dadada” atau “mamama”.
b)      Tahap Satu kata ( 12-18 bulan )
Anak sudah belajar menggunakan satu kata yang memiliki arti yang mewakili keseluruhan idenya. Misal “ju ju” (sambil memegang baju)
c)      Tahap dua kata (18-24 bulan)
Anak sudah mulai mencapai tahap kombinasi dua kata, tahap satu kata dikombinasikan dalam ucapan pendek, tanpa kata penunjuk, kata depan. Contoh : “ma,pelgi” artinya “Mama,saya mau pergi”.

d)     Tahap banyak kata (3-5 tahun)
Tompkins dan Hoskisson dalam Taringan dkk (1998) menyatakan bahwa pada usia 3-4 tahun ,tuturan anak mulai lebih panjang dan tata bahasanya lebih teratur.
E.     Peranan dan Kedudukan Bahasa Indonesia
Dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, Bahasa Indonesia memiliki fungsi :
1.      Lambang Kebangsaan (mencerminkan berbagai nilai sosial budaya yang mendasari rasa kebangsaan bangsa kita).
2.      Lambang indentitas nasional.
3.      Alat pemersatu berbagai suku bangsa dengan latar belakang sosial budaya dan bahasa yang berlainan.
4.      Alat perhubungan antar daerah dan antar budaya.
F.     Ragam Bahasa Indonesia
1.      Ragam bahasa berdasarkan media atau sarana
a)      Ragam bahasa lisan, maksudnya bahasa yang dihasilkan alat ucap dengan fonem sebagai unsur dasar.
b)      Ragam bahasa tulis, maksudnya  bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya.
2.      Ragam bahasa berdasarkan penutur
a)      Ragam bahasa berdasarkan daerah disebut ragam daerah (logat/dialek)
b)      Ragam bahasa berdasarkan pendidikan penutur. Bahasa Indonesia yang digunakan oleh penutur yang berpendidikan berbeda dengan yang tidak berpendidikan.
c)      Ragam bahasa berdasarkan sikap penutur. Ragam bahasa dipenaruhi juga olehsikap penutur terhadap kawan bicara (lisan) atau sikap penulis terhadap pembawa(jika dituliskan) sikap itu antara lai resmi, akrab, dan santai.
3.      Ragam bahasa berdasarkan pokok persoalan/bidang pemakaian
Dalam kehidupan sehari-hari banyak pokok persoalan yang dibicarakan. Dalam membicarakan pokok persoalan yang berbeda-beda ini kita pun menggunakan ragam bahasa yang berbeda. Ragam bahasa yang digunakan dalam lingkungan agama berbeda dengan bahasa yang digunakan dalam lingkungan kedokteran, hukum, atau pers. Ragam bahasa yang digunakan menurut pokok persoalan atu bidang pemakaian ini dikenal pula dengan istilah laras bahasa.
FONOLOGI
  1. Fonologi
    • Fonologi mencoba mengkaji dan menganalisis bunyi ujaran pada suatu bahasa dengan cara mempelajari bagaimana bunyi ujaran tadi dihasilkan oleh alat ucap manusia, bagaimana bunyi ujaran tadi sebagai getaran udara, bagaimana bunyi ujaran tadi diterima oleh telinga manusia, dan bagaimana bunyi ujaran itu dalam fungsinya sebagai pembeda makna.
Cabang-Cabang Fonologi
Fonetikmerupakan cabang fonologi yang menyelidiki bunyi bahasa menurut cara pelafalan, sifat-sifat akuistiknya, dan cara penerimaannya oleh telinga manusia.
Ketika kita medeskripsikan bahwa bunyi [p] dalam bahasa Indonesia adalah bunyi yang dilafalkan dengan menutup kedua bibir lalu melepaskannya sehingga udara keluar dengan letupan. Deskripsi seperti itu adalah deskripsi fonetis.
  1. Fonetik digolongkan ke dalam 3 macam, yakni:
    Fonetik artikulatorisadalah cabang ilmu fonetik yang mempelajari dan menyelidiki bagaimana pengartikulasian bunyi-bunyi di dalam bahasa.
    Fonetik akuistis adalah cabang ilmu fonetik yang menyelidiki bunyi bahasa sebagai getaran udara.
    Fonetis auditoris adalah cabang ilmu fonetik yang melakukan penyelidikan tentang cara-cara penerimaan bunyi bahasa oleh telinga manusia
    . Jenis-Jenis Bunyi
    Konsonan
    Konsonan adalah bunyi bahasa yang ketika dihasilkan mengalami hambatan-hambatan pada daerah artikulasi tertentu.
    Bunyi konsonan dapat digolongkan berdasarkan tiga kriteria: posisi pita suara, tempat artikulasi, dan cara artikulasi.
    # Berdasarkan posisi pita suara, bunyi bahasa dibedakan ke dalam dua macam, yakni bunyi bersuara dan bunyi tak bersuara.
    1. Bunyi bersuara terjadi apabila pita suara hanya terbuka sedikit, sehingga terjadilah getaran pada pita suara itu.
    Yang termasuk bunyi bersuara antara lain, bunyi /b/, /d/, /g/, /m/, /n/, /ñ/, /j/, /z/, /r/, /w/ dan /y/.
    2. Bunyi tak bersuara terjadi apabila pita suara terbuka agak lebar, sehingga tidak ada getaran pada pita suara. Yang termasuk bunyi tak bersuara, antara lain /k/, /p/, /t/, /f/, /s/, dan /h/.
  2. # Berdasarkan tempat artikulasinya, kita mengenal empat macam konsonan, yakni:
    1. konsonan bilabial adalah konsonan yang terjadi dengan cara merapatkan kedua belah bibir, misalnya bunyi /b/, /p/, dan /m/.
    2. konsonan labiodental adalah bunyi yang terjadi dengan cara merapatkan gigi bawah dan bibir atas, misalnya /f/.
    3. konsonan laminoalveolar adalah bunyi yang terjadi dengan cara menempelkan ujung lidah ke gusi, misalnya /t/ dan /d/.
    4. konsonan dorsovelar adalah bunyi yang terjadi dengan cara menempelkan pangkal lidah ke langit-langit lunak, misalnya /k/ dan /g/.
  3. # Menurut cara pengucapanya/cara artikulasinya, konsonan dapat dibedakan sebagai berikut:
    1. bunyi letupan [plosive] yakni bunyi yang dihasilkan dengan menghambat udara sama sekali ditempat artikulasi lalu dilepaskan, seperti [b], [p], [t], [d], [k], [g], [?], dan lain-lain;
    2. bunyi nasal adalah bunyi yang dihasilkan dengan menutup alur udara keluar melalui rongga mulut tetapi dikeluarkan melalui rongga hidung ];
    hseperti fonem [n, m, ñ,
    3. bunyi lateral yakni bunyi yang dihasilkan dengan menghambat udara sehingga keluar melalui kedua sisi lidah seperi [l];
    4. bunyi frikatif yakni bunyi yang dihasilkan dengan menghambat udara pada titik artikulasi lalu dilepaskan secara frikatif misanya [f], [s];
    5. bunyi afrikatif yaitu bunyi yang dihasilkan dengan melepas udara yang keluar dari paru-paru secara frikatif, misalnya [c] dan [z];
    6. bunyi getar yakni bunyi yang dihasilkan dengan mengartikulasikan lidah pada lengkung kaki gigi kemudian dilepaskan secepatnya dan diartikulasikan lagi seprti [r] pada jarang.
  4. Semivokal
    Kualitas semi-vokal bukan hanya ditentukan oleh titik artikulasi, tetapi ditentukan pula oleh bangun mulut atau sikap mulut, misalnya vokal [u] yang merupakan vokal bundar. jika bangun mulut disempitkan lagi maka akan menghasilkan bunyi yang tidak mencapai titik artikulasi sehingga menghasilkan bunyi [ŵ]. Bunyi [ŵ] yang dimaksud adalah bunyi [ŵ] yang bilabial dengan mendekatkan bibir dengan gigi atas tapi tidak sedemikian dekat. Oleh karena itu, bunyi [ŵ] digolongkan sebagai bunyi semi-vokal.
    Vokal
    Menurut posisi lidah yang membentuk rongga resonansi, vokal-vokal digolongkan:
    a. Vokal tinggidepandengan menggerakkan bagian depan lidah ke langit-langit sehingga terbentuklah rongga resonansi, seperti pengucapan bunyi [i].
    b. Vokal tinggi belakang diucapkan dengan kedua bibir agak maju dan sedikit membundar, misalnya /u/.
  5. c. Vokal sedangdihasilkan dengan menggerakkan bagian depan dan belakang lidah ke arah langit-langit sehingga terbentuk ruang resonansi antara tengah lidah dan langit-langit, misalnya vokal [e].
    d. Vokal belakang dihasilkan dengan menggerakkan bagian belakang lidah ke arah langit-langit sehingga terbentuk ruang resonansi antara bagian belakang lidah dan langit-langit, misalnya vokal [o].
    e.vokal sedang tengah adalah vokal yang diucapkan dengan agak menaikkan bagian / .
    tengah lidah ke arah langit-langit, misalnya Vokal /
    f.vokal rendah adalah vokal yang diucapkan dengan posisi lidah mendatar, misalnya vokal /a/.
  6. Depan Tengah Belakang
    Tinggi i u
    Sedang e ∂ o
    Rendah a
    Tabel Vokal Bahasa Indonesia
  7. Unsur Suprasegmental
    Fonem yang berwujud bunyi seperti yang digambarkan pada bagian di atas dinamakan fonem segmental. Fonem pada sisi lain dapat pula tidak bewujud bunyi, tetapi merupakan aspek tambahan terhadap bunyi. Jika seseorang berbicara, akan terdengar bahwa suku kata tertentu pada suatu kata mendapat tekanan yang lebih nyaring dibandingkan dengan suku kata yang lain; bunyi tertentu terdengar lebih panjang dibandingkan dengan bunyi yang lain; dan vokal pada suku kata tertentu terdengar lebih tinggi dibandingkan dengan vokal pada suku kata yang lain.
    Tekanan atau Stres
    Tekanan yang dimaksud dalam hal ini menyangkut keras lembutnya bunyi yang diucapkan oleh manusia.
    Nada
    Nada berkenaan dengan tinggi rendahnya suatu bunyi.
  8. Unsursuprasegmentalinikemudianmelahirkansistemejaansuatubahasatertentu. Perhatikansistemejaanbahasa Indonesia berikutini!
  9. Suku Kata
    Suku kata adalah bagian kata yang diucapkan dalam satu hembusan napas dan umumnya terdiri atas beberapa fonem. Kata seperti datang diucapkan dengan dua hembusan napas, satu untuk da- dan satu lagi untuk tang.
    Suku kata yang berakhir dengan vokal (K)V, disebut suku terbuka dan suku yang berakhir konsonan (K)VK disebut suku tertutup.
  10. TulisanFonetis
    Di bawah ini akan dipaparkan tulisan fonetis menurut International Phonetic Association.
    å /e/ seperti pada kata bebas /e/ seperti pada beban.
    e /e/ seperti pada tetapi.
    a /a/ seperti pada hak.
    I /i/ seperti pada gigit.
    i /i/ seperti pada kata gigih.
    É sÉÉ/o/ seperti pada kata b
    o /o/ seperti pada toko.
    U /u/ seperti pada sarung.
    u /u/ seperti pada baru.
    ñ /ny/ seperti pada kata nyonya.
    h /ng/ seperti pada hangat.
  11. Fonemik
    Objek kajian fonemik adalah fonem dalam fungsinya sebagai pembeda makna kata. Jika di dalam fonetik kita meneliti bunyi /l/ dan /r/ yang berbeda seperti terdapat pada kata laba dan raba maka dalam fonemik kita meneliti apakah perbedaan bunyi-bunyi itu berfungsi sebagai pembeda makna atau tidak.
    Fonem, Fon, dan Alofon
    Fonem adalah satuan terkecil bunyi bahasa yang bersifat membedakan arti (distingtif). Dalam dunia Linguistik, satuan bahasa yang disebut fonem ditulis di antara dua garis miring /…../.
    Alofon merupakan variasi sebuah fonem atau anggota sebuah fonem. Misalnya: fonem /i/ dalam bahasa Indonesia memiliki variasi fonem [i] dan [I].
  12. ProsedurPenemuanFonem
    Istilahkontraslingkungansama (KLS) tidakberbedamaknanyadenganpasangan minimal terutamadalampandanganFonologiStruktural (FS), yaknisama-samamerupakanprosedurpenemuanfonem yang mempunyaikonsepbahwaduabuahbunyibahasadapatdinyakatansebagaiduabuahfonem yang berbedaapabilakeduanyaberadapadaleksikon yang dibentukolehlingkunganbunyi yang samadankeduabunyiitulah yang menyebabkanmaknadarisepasangleksikonituberbeda (lihatPastikadalamMoeliono, 2004:86). Salahsatucontohnyaadalahpasanganpagidanbagi.
  13. Di samping KLS penemuansebuahfonemjugadapatdigunakan KLM, seperticontoh yang diungkapkandari Pike (1947) berikutini:
    laGa ’ranjangbayi’
    laXa ’anjing’
    aXal ’tikus’
  14. Bandingkan data-data di bawah ini!
    kanak-kanak[kana?-kana?] dan kekanak-kanakan[kekanak-kanakan]
    buih : [buih] dan [buIh]
    orang ]
    hraÉ] dan [h: [ora
    Di samping lingkungan yang sama, terdapat juga lingkungan yang hampir sama, misalnya /liyar/ dan /luwar/. Bunyi [i] dan [u] pada data ini digolongkan sebagai fonem yang berbeda karena terdapat pada oposisi leksikal liar dan luar.
    Penentuan fonem seperti yang dijelaskan oleh Uhlenbeck (dalam Subroto, 1991:15) tidak semata-mata berdasarkan oposisi pasangan minimal, melainkan kita harus memperhatikan gejala sistematis mengenai terdapatnya kedua seri alofon tersebut dalam pembentukan kata, misalnya alofon [a] pada kata lara ’sakit’ akan bervariasi dengan [A] pada kata lArAne ’sakitnya’, lArAmu ’sakitmu’ dalam bahasa Jawa.
  15. Berbeda halnya dengan top dan stop dalam bahasa Inggris merupakan dua data yang berdistribusi komplementer karena bunyi [t] pada posisi tertentu tidak pernah ditempati bunyi [th] dan sebaliknya.
    Fon merupakanbunyi-bunyi yang kongkret, bunyi-bunyi yang diartikulasikan (diucapkan) atau bentuk kongkret dari sebuah fonem. Dalam hal ini, fonem merupakan maujud abstrak yang direalisasikan menjadi fon.
    Huruf-huruf yang digunakan untuk transkripsi di atas, tidak sama dengan huruf yang digunakan dalam tata aksara suatu bahasa. Huruf-huruf yang melambangi bunyi bahasa disebut grafem. Bunyi bahasa yang ditulis dalam ortografis atau ejaan diapit oleh tanda lebih kecil dan lebih besar (< >). Dengan demikian bisa jadi terdapat sebuah grafem yang melambangkan dua fonem / dam bahasa Indonesia yang
    yang berbeda, seperti halnya fonem /e/ dan / dilambangkan dengan grafem <e>.
  16. FonemAlofonGrafem Contoh
    /e/ [e] esate
    ]
    S[ robek/ ]/[ betul
    Alofon Vokal
    Fonem /i/.Fonem /i/ memiliki dua alofon, yakni [i] dan [I]. Fonem [i] dilafalkan [i] apabila terdapat pada (1) suku kata terbuka, seperti gigi, ini, tali dan (2) suku kata /, seperti simpang, minta,
    htutup yang berakhir dengan fonem /m, n, dan  pinggul. Fonem /i/ dilafalkan [I] apabila terdapat pada suku kata tutup, seperti pada kata banting, kirim, parit, dan lain-lain.
    Fonem ]. Fonem /e/ dilafalkan
    S/e/.Fonemmemiliki dua alofon, yakni [e] dan [ /e/ jika terdapat pada suku kata terbuka, serong, sore, besok . Fonem ] jika terdapat pada suku kata tertutup akhir, misalnyaS/e/ dilafalkan [ nenek, bebek, tokek.
  17. / hanya memiliki/. Fonem /Fonem / ]. Alofon ini terdapat pada suku kata tutup dansatu alofon, yakni [ suku kata terbuka, misalnya enam, entah, pergi, bekerja, dan lain-lain.
    Fonem /u/. Fonem /u/ memiliki dua alofon, yakni [u] dan [U]. Fonem /u/ dilafalkan [u] jika terdapat pada (1) suku kata terbuka, seperti upah, tukang, bantu dan (2) suku kata tertutup yang berakhir dengan /m, n, dan /, misalnya puncak, bungsu, rumput, dan lain-lain. Fonem /u/
    hdilafalkan [U] jika terdapat pada suku kata tertutup dan suku kata itu tidak mendapat tekanan yang keras, misalnya warung, bungsu, rumput dan lain-lain. Jika mendapatkan tekanan yang keras, /fonem /u/ yang semula dilafalkan [U] akan menjadi [u], misalnya pada kata pengampunan, kumpulan, simpulan, dan lain-lain.
    Fonem /a/. Fonem /a/ hanya memiliki satu alofon, yakni [a] seperti pada kata akan, dua, makan, jelas, dan lain-lain.
    Fonem /o/. Fonem /o/ memiliki dua alofon, ]. Fonem /o/ dilafalkan [o] jika terdapat pada
    Éyakni: [o] dan [ suku kata terbuka, misalnya pada kata toko, roda, biro, dan lain-lain. Fonem ] jika terdapat pada (1) suku kata tertutup, misalnyaÉ/o/ dilafalkan [ rokok, pojok, momok dan (2) suku kata terbuka yang diikuti suku kata ], misalnya pepohonan, pertokoan, danÉyang mengandung alofon [ lain-lain.
  18. Alofon Konsonan
    Fonem /p/. Fonem /p/ memiliki dua alofon, yakni [p] dan [p>]. Fonem /p/ dilafalkan [p] jika berada pada awal dan tengah suatu suku kata, seperti pada kata: pintu, sampai, dan lain-lain. Fonem /p/ dilafalkan [p>] jika terdapat pada akhir suku kata, seperti pada kata: tatap, sedap, tangkap, dan lain-lain.
    Fonem /b/. Fonem /b/ hanya memiliki satu alofon, yakni [b] yang biasanya terdapat di awal, tengah, dan akhir kata, misalnya baru, tambal, adab, dan lain-lain.
    Fonem /t/. Fonem memiliki dua alofon, yakni [t] dan [t>]. Fonem /t/ dilafalkan /t/ apabila terdapat pada awal kata dan tengah kata, seperti: timpa dan santai.Fonem /t/ dilapalkan /t>/ apabila terdapat pada akhir kata, seperti pada kata: lompat dan tempat.
    Fonem /d/. Fonem /d/ memiliki dua alofon, yakni [d] yang posisinya selalu di awal suku kata, seperti pada kata: duta dan madu. Fonem /d/ dilafalkan [d>] jika terdapat pada akhir kata, seperti pada kata: abad dan akad.
  19. Fonem /k/. Fonem /k/ mempunyai tiga alofon, yakni alofon lepas [k], alofon taklepas [k>], dan alofon hambat glotal tidak bersuara [?]. Alofon yang pertama terdapat pada awal suku kata, seperti pada kata: kaki dan kurang. Sedangkan alofon kedua terdapat di akhir suku kata, seperti pada kata: paksa dan iklim. Alofon ketiga terdapat di akhir suku kata, seperti pada kata: maklum dan rakyat.
    Fonem /g/.Fonem /g/ hanya memiliki dua alofon, yaitu: [g] yang terdapat pada awal suku kata, seperti: gula dan ragu. Pada akhir suku kata, fonem /g/ dilafalkan [k>], seperti pada kata: ajeg dan gudeg.
    Fonem /f/. Fonem /f/ memiliki satu alofon, yakni [f] yang posisinya terdapat pada awal atau akhir suku kata, seperti pada kata: fakultas dan munafik.
    Fonem /s/. Fonem /s/ memiliki satu alofon, yakni [s] yang posisinya terdapat pada awal atau akhir suku kata, seperti pada kata: sama dan pasti.
    Fonem /z/. Fonem /z/ memiliki satu alofon, yakni [z] yang terdapat pada awal suku kata, seperti: zat dan izin.
    Fonem /š/. Fonem / š/ memiliki i satu alofon, yakni [š] yang terdapat pada awal suku kata, seperti pada kata: syukur dan masyarakat.
  20. Fonem /x/. Fonem /x/ memiliki satu alofon, yakni [x] yang terdapat pada awal dan akhir suku kata, seperti pada kata: khas dan akhir.
    Fonem /h/. Fonem /h/ memiliki dua alofon, yakni [h] dan [h>]. Alofon [h] tidak bersuara, seperti pada kata: hari dan rumah. Sedangkan [h>] bersuara seperti pada kata: tahu dan tuhan.
    Fonem /c/. Fonem /c/ memiliki satu alofon, yakni [c], seperti pada kata: cari dan cacing.
    Fonem /j/. Fonem /j/ memiliki satu alofon, yakni [j], seperti pada kata juga dan maju.
    Fonem /m/. Fonem /m/ memiliki satu alofon, yakni [m], seperti pada kata: makan dan sampai.
    Fonem /n/. Fonem /n/ memiliki satu alofon, yakni [n], seperti pada kata: ikan dan pantai.
    Fonem /ñ/. Fonem /ñ/ memiliki satu alofon, yakni [ñ], seperti pada kata: ñiur dan ñañian.
    /.
    hFonem / ], seperti pada kata: ñaraih/ memiliki satu alofon, yakni [hFonem / dan kal.hpa
  21. Fonem /r/.Fonem /r/ memiliki satu alofon, yakni [r], seperti pada kata: raja dan karya.
    Fonem /l/.Fonem /l/ memiliki satu alofon, yakni [l], seperti pada kata: lama dan palsu.
    Fonem /w/.Fonem /w/ memiliki satu alofon, yakni [w], seperti pada kata: waktu dan wafat.
    Fonem /y/.Fonem /y/ memiliki satu alofon, yakni [y], seperti pada kata: yakin dan yakin.
  22. Perubahan Fonem
    Pelafalan sebuah fonem dapat berbeda-beda karena tergantung pada lingkungannya. ] dan
    ÉMisalnya bunyi /o/ jika pada silabe tertutup akan dilafalkan [ jika berada pada silabe terbuka kan dilafalkan [o].Akan tetapi perubahan pelafalan fonem dalam BI tidak bersifat fonetis. Berikut ini akan dipaparkan beberapa macam perubahan fonem dalam BI.
    Asimilasi dan Disimilasi
    Asimilasi adalah peristiwa berubahnya sebuah bunyi menjadi bunyi yang lain sebagai akibat adanya pengaruh bunyi dilingkungannya, sehinggga bunyi itu menjadi sama atau mempunyai ciri-ciri yang sama dengan bunyi yang mempengaruhinya seperti, /b/ pada kata sabtu lazim dilafalkan /p/. Perubahan bunyi /b/ menjadi /p/ dalam hal ini disebabkan oleh adanya pengaruh fonem /t/ yang merupakan fonem hambat tak bersuara. Selain itu, perubahan fonem /b/ menjadi /p/ diklasifikasikan ke dalam asimilasi fonemis, karena perubahan itu tidak mngakibatkan perubahan identitas fonem.
  23. Asimilasi dikelompokkan menjadi tiga macam yaitu, asimilasi progresif, asimilasi regresif dan asimilasi resiprokal. Pada asimilasi progresif, bunyi yang diubah terletak di belakang bunyi yang mempengaruhinya. Pada asimilasi regresif, bunyi yang diubah terletak di depan yang mempengaruhinya. Sedangkan asimilasi resiprokal, perubahan itu terjadi pada kedua bunyi yang saling mempengaruhi.
    Disimilasi adalah perubahan yang terjadi bila bunyi yang sama berubah menjadi tidak sama, misalnya kata cipta yang berasal dari bahasa Sangsekerta citta. Bunyi /tt/ pada data terakhir berubah menjadi bunyi /pt/ dalam BI.
  24. Arkifonem dan Kontraksi
    Arkifonemadalah hilangnya kekontrasan dua fonem yang berbeda pada posisi yang sama, misalnya [b] dan [p] pada kata jawab dan jawap. Kedua data terakhir apabila dilekati akhiran {-an} bentuknya menjadi jawaban. Jadi, disini ada arkifonem /B/ yang bisa direalisasikan menjadi [b] dan [p].
    Kontraksi adalah penyingkatan atau pemendekan pelafalan suatu kata dalam suatu bahasa, misalnya kata tidak tahu dilafalkan menjadi ndak tahu.
    Metatesis dan Epentesis
    Metatesis merupakan proses perubahan urutan fonem dalam suatu bahasa, misalnya dalam bahasa Indonesia selain kita jumpai bentuk sapu terdapat pula bentuk apus, selain kita jumpai bentuk jalur terdapat pula bentuk lajur, dan lain-lain.
    Epentesis merupakan penyisipan suatu fonem ke dalam suatu kata tertentu. Bunyi yang disisipkan biasanya merupakan bunyi yang hormogan dengan lingkungannya, misalnya fonem /m/ yang disisipkan pada kata sapi, fonem /m/ yang disisipkan pada kata kapak, dan lain-lain.

0 komentar:

Posting Komentar